Assalamu’alaikum
wr. wb.
Beberapa
hari yang lalu, tepatnya 22 April 2013, terdapat perayaan sebagai peringatan
hari Kartini, di SMA N 1 Purworejo. Banyak sekali hal spesial di hari itu.
Mulai dari apel luar biasa, di mana siswi Paskibra GM XIII sebagai petugasnya;
pakaian nasional yang menghiasi sekolah; perlombaan memasak bagi 2 siswa
perwakilan dari kelas; ajang Kartini-Kartono; serta yang terakhir lomba
karawitan antarkelas XI ditambah kelas X gabungan.
Percayakah,
jika kelas X gabungan sebagai nomor undi 10 dari kesepuluh peserta lomba,
mendapatkan dua penghargaan sekaligus?
Sekitar
satu bulan sebelum perlombaan dimulai, anggota karawitan kelas X menentukan
siswa-siswi yang patut mewakili kelas X mengikuti lomba karawitan. Latihan hampir
tidak pernah tepat waktu, dan jarang sekali lengkap. Ditambah, pengendangnya
pun bukan dari siswa maupun siswi anggota ekstrakurikuler karawitan. Pun ia
salah seorang siswa yang sulit ada waktunya untuk latihan karawitan di luar waktu
KBM.
Tidak
pernah tepat waktu dan jarang lengkap, penyebabnya hanya satu: bersamaannya
beberapa aktivitas dalam satu waktu yang terjadwal pada satu anak. Apalagi,
dekat-dekat lagi, akan diadakan seleksi drama musikal road to pensi antarkelas X. Ya, masalah itu yang mendominasi pada
pribadi kami.
Karena
kesulitan mencari waktu luang untuk pengendang, keputusan pun diambil. Pak Is
bersedia memprivat pengendang setiap hari di jam sekolah di salah satu waktu di
antara kedua waktu istirahat. Bukan berarti hanya pengendang yang hadir,
melainkan pemain bonang dan beberapa pemain balungan juga hadir demi kelancaran
pada saat hari H. Okelah... keputusan yang sangat bijak dan berpengaruh besar.
Latihan
terakhir: 21 April 2013. Tepat 1 hari sebelum lomba karawitan dimulai. Di sini
pun, latihan masih saja belum lengkap. Ada yang benar-benar tidak bisa
dipaksakan. Dua penabuh juga masih dalam acara Diklat PGM. Namun, tak apalah.
Tidak ada salahnya menunggu kehadiran, lagipula untuk giliran latihan masih
harus menunggu lagi, gara-garanya kami mengira, hanya kelas X yang berniat
mengadakan latihan di Minggu itu. Ternyata, banyak juga kelas XI yang juga
mengadakan latihan bergilir. Gladi bersih, mungkin.
Kebaya
dan beskap sebagai kostum karawitan, dibagi, sembari menunggu giliran kelas X
latihan. MASALAH kembali muncul. Beberapa pakaian tidak muat dipakai. Ketika
masih dalam kebingungan, tim X gabungan disilakan latihan. Ah! “Udah, sekarang
pikir aja latihannya jangan dipikir kostumnya. Masalah kostum itu gampang, urusan
belakang,” ujar Irma Yunita, pembonang yang baru saja terlihat dari diklatnya
yang usai.
Alhamdulillah...
walaupun ada sedikit halangan, latihan berjalan lancar. Cukup 3 kali latihan,
kami kembali mengurusi kostum. Blablabla singkat
cerita pukul 17:30 WIB, kebaya dan beskap siap! Tinggal membagi saja di hari
Seninnya.
Siangnya
pada 22 April 2013, masih ada beberapa yang belum hadir. Tidak begitu rugi
mendapat nomor undi terakhir. Akhirnya, terkumpulkan semuanya. Berdoa dan tos bersama di salah satu ruang, lalu
menuju ke depan ruang karawitan, tempat lomba berlangsung. Menunggu perlahan,
giliran kelas X maju.
Jujur
ujar, ada sedikiiiittt kesalahan yang kami lakukan sewaktu perlombaan. Namun
pada akhirnya... setelah perundingan juri usai. Diumumkanlah kejuaraan. Mulai
dari pengendang terbaik, penggerong (vokal) terbaik, dilanjutkan juara 1 2 dan
3. DUA PENGHARGAAN DIRENGGUT TIM KARAWITAN X GABUNGAN: PENGGERONG TERBAIK DAN
PENYAJI TERBAIK (JUARA 1).
Ending: beberapa siswa tim kelas X gabungan membantu
panitia menata bentuk ruang karawitan seperti sebelumnya.
Ingin
tahu siapa pengendangnya? Dia dari X8, lho. Fuad Khanand. Selain Fuad, 3 siswa
dari X8 juga berperan dalam tim X gabungan. Yaitu Aghnan Yarits Anggara,
Arisatul Azizah, dan Clara Dewanti.
KARAWITAN!
YOWES!
Wassalamu’alaikum
wr. wb.
0 komentar:
Post a Comment