April 13, 2013

(Cerbung) Di Balik Layar Kami eps. 1

 “Hey-Ho!! Maho! Waahaahahahahaha!” Widhy kembali mengejek Anan dengan diikuti tawa lepas khas-nya setelah melihat raut wajah jutek Anan yang tak suka di bilang Maho. Entah sejak kapan, karena apa, dan ‘kok bisa” panggilan “Maho’ menjadi panggilan sayang anak sekelas kepada Anan. Emang bukan salah dia ada di kelas ini. Dan juga bukan salah pak guru yang memasukkan ia di kelas ini, tapi takdir yang mempertemukan mereka semua. 32 anak yang bersatu padu membina keluarga kelas yang harmonis dengan banyak bumbu tawa, kesal, marah, emosi, dan banyak bumbu-bumbu yang membuat rasa persaudaraan ini terasa “mak nyos”.
 “Oy! Bayar kas! Kalian semua pada nunggak ni bayar kasnya! Apa perlu denda?” teriakan Uni sang penagih kas tiap Rabu sudah tidak bisa dihindari lagi. “Jiaan, sregep banget pagi-pagi udah narikin uang kas,” suara Eli yang tiba-tiba datang dari balik pintu. “Biarin. Biar pada bayar kasnya sregep. Ga numpuk.”
Dari pintu kelas, ada dua anak cowok kerendetan masuk, Si Pay bukan pelaut dan Awan bukan awan beneran lari terengah-engah, mereka ngos-ngosan seperti di kejar heli si anjing.
 “Pay, lu berdua kenapa?” sahut Koko penasaran.
 “Itu ada razia cowok ganteng katanya! Gue takut!” sahut Pay tak lucu.
 “Apaan sih, Pay? Itu ada razia barang-barang terlarang!” jawab Awan. Serius.
 “Emank apa aja barang terlarang, Wan?” Tanya Uli polos.
 “Duh, dodol banget sih, lo, Ul! Makanya jangan sibuk ngitungin jerawat donk!” goda Koko sambil tertawa lepas.
 “Hei, cereal! Kaya lu ngga punya jerawat aja, mending gue ya punya jerawat masih cantik! La elu udah jerawatan ancur lagi!” Balas Uli.
 “Gini-gini banyak yang suka sama gue tahu,” bela Koko.
 “Emank siapa yang suka sama kamu, Ko?” Tanya Tia.
 “Itu lo, ikan lele di kolam deket perpustakaan,” Tiba-tiba Tata menyambung tak jelas.
Hening.
Kata-kata Tata tadi berhasil membuat kelas sepi tanpa suara, saking ngga lucunya, jadi garing deh!?
Pelajaran pertama dan kedua pun kosong, tanpa alasan yang jelas. Dan sebagai murid yang manusiawi sudah seharusnya kalo kita ngaku kalo pelajaran kosong kita pasti bahagia.
Konferensi meja kotak pun dimulai, yang dipimpin oleh Widhy, dan diikuti oleh beberapa anak yaitu Awan, Pay, Uli, Koko, Tata, dan Tya. Apa yang mereka bicarakan sungguh tidak bisa diceritakan. Semua disensor! Yang pasti mereka seperti lupa akan perbedaan gender, pikiran rasional, dampak dan akibat, pengaruh, maupun lingkungan sekitar, mereka hanya fokus dengan apa yang mereka bicarakan.
Sementara itu Anan sedang asyik berbalapan mobil ria di laptop Pay, Tito sedang asyik dengan sarapan paginya, Aman sedang menenangkan kelas agar tidak berisik, Dila sedang berkutik dengan banyak huruf proposalnya, Anti dan Angga sedang bekerja keras menyelesaikan naskah drama. Dan yang paling parah, Maya sedang travelling di alam mimpinya.
Sungguh aneh tapi nyata.
Setelah konferensi meja kotak usai, Uli tampak kebingungan mengolak-alik tasnya. Semua isi tasnya, ia keluarkan dengan kasar.
 “Ada apa, ul?” Tanya Vita soulmate sejawatnya.
 “Sini deh, Vit. Aku bisikin!”
Seketika Vita terbelalak mendengar apa yang dikatakan Uli. Kemudian dia maju di tengah kelas, menjadi center dan membuka percakapannya dengan salam mirip seperti yang Anan lakukan biasanya.
 “Assalamualaikum wr. wb!” buka Vita.
 “Wassalamualaikum wr. wb!” jawab satu kelas kompak.
 “Aku langsung aja ya tunjlep point, Uli kehilangan HP barunya, padahal tapi pagi masih ada. Dan dari tadi nggak ada orang lain yang masuk kelas ini, kecuali kita.” Kata Vita tegas
 “Trus kamu nuduh diantara kami nih?” tanya Azri sewot.
 “Ya bukannya Vita nuduh ya… tapi siapa lagi coba? Pasti di antara kalian, plis ngaku!” Sahut Uli dengan kerasnya.
 “Awan! Lo kan satu-satunya orang yang tau kalo hp ku baru, kan?! Lo kan dewanya usil! Pasti lo deh yang ngumpetin. Sekarang jangan bercanda. Kembaliin! Sini-sini kembaliin!” Bentak Uli.
 “E... e... e... asal nuduh aja. Hape lo yang katanya iPhone 4 itu yang ilang?” Awan membela diri.
 “Iyyyaaaa” kata Uli hampir menangis.
 “Halah, elu kan, Wid! Elu kan biang keroknya! Ngaku deh! Dulu yang ngumpetin duk gue kan elo ya!” Awan menuduh.
 “Kali ini bukan gue, emang dulu duk lo, gue yang gumpetin, tapi hapenya Uli bukan gue!”
 “STOP! Ul, jangan menuduh sembarangan! Kita ngga tertarik sama hp kamu! bentak Tito Emosi.
 “Pokoknya aku ngga mau tahu kalo sampai besok hpku ngga kembali, aku bakal lapor, aku ngga peduli kalo aku dimarahin gara-gara bawa hp!” Uli berseru lagi kemudian pergi bersama Vita keluar kelas.

TO BE CONTINUE
Wah, geje ya, friends! Tungguin kelanjutannya ya! Jangan bosen! Sebagai temen yang baik mesti ketawa lo! (TFARF)

2 comments: