May 25, 2013

Di Balik Layar Kami eps.3


Pay dan Ningrum terlonjak, secepat kilat mereka berlari menyusuri deretan kelas belakang. Dari kejauhan mereka terlihat seperti dua bola menggelinding melintasi deretan kelas belakang itu. Satu yang mereka harapkan, bertemu dengan Uli dan Vita di kantor guru. Sialnya sesampai di kantor guru, Pay dan Ningrum mengintai kondisi di dalam ruang guru melalui jendela dan berharap menemukan sosok Uli dan Vita dari balik jendela namun masih saja tak terlihat. Antara cemas dan gelisah serta diiringi hembusan nafas terengah-engah, Pay dan Ningrum berjalan dengan segala keputusasaan menuju ruang kelas. Mereka telah siap dengan segala cemoohan anak kelas saat mereka sampai.

Pay dan Ningrum mengendap-endap menuju ruang kelas seolah mereka menjadi seorang detektif sehari. Mereka mengamati apakah Bu Apti sudah masuk ke dalam kelas

“Assalamu’alaikum, Bu!” ucap Pay ragu.

“Wa’alaikumsalam.” Jawab Bu Apti diikuti tatapan penuh tanya seluruh anak kelas kepada Pay dan Ningrum. Ningrum mengamati sekeliling mencoba melawan arus tatapan mata seluruh anak kelas, dengan harapan menemukan sosok Uli dan Vita yang duduk di antara mereka. Akan tetapi tidak terlihat sosok mereka berdua yang biasanya selalu menyapa dengan ramai setiap kedatangan orang dari luar kelas. Mereka berdua masuk dan berjalan dengan muka menunduk seolah tak ingin menyaksikan raut muka penuh tanda tanya dari anak-anak kelas. Pay yang duduk di sebelah Anan langsung diberondong sejuta pertanyaan.

“Dimana Uli?” tanya Anan memastikan keberadaan Uli.

“Gak tahu!” jawab Pay singkat sambil mengambil buku ekonomi dari tasnya.

Suasana kelas semakin meresahkan setelah terdengar bunyi bel tanda pergantian jam pelajaran. Tanda tanya besar dipikiran Anan semakin menjadi-jadi, seakan memerintahkan Anan untuk beranjak mencari Uli dan Vita. “Bu saya ijin ke belakang.” ucap Anan setelah mendekati Bu Apti. Anggukan Bu Apti seakan mengisyaratkan Anan untuk berlari keluar.

Anan memulai pencarian dari Mushala di ujung barat sekolah, berputar melewati tiga lapangan olahraga hingga tiba di ruang kelas baru melewati Ruang Musik, UKS dan Ruang Guru. Tak yakin Anan pun kembali ke UKS seolah melihat tanda-tanda keberadaan Uli dan Vita.

“Misi Mbak, lihat Uli sama Vita nggak?” tanya Anan pada Mbak Inar yang tetap setia di sebelah pintu UKS. 

“Bukannya mereka di hatimu ya?” gurau Mbak Iran.

“Mbak, saya itu serius!” jawab Anan dengan nada ketus.

“Iya-iya maaf. Tadi mereka sempat kesini minta obat dan katanya mereka mau ke BK.”

Secepat kilat, dengan perasaan yang semakin gelisah tentang keberadaan Uli dan Vita. Berjalanlah Anan menyusuri deretan kelas belakang menuju ruang BK seraya terbayang akan satu kata “OBAT”. Untuk apa obat itu? Siapa yang sakit? Apakah Uli atau Vita? Berjuta pertanyaan terpatri diantara pikiran dan hati Anan seolah ingin meluapkan pertanyaan itu pada satu titik terang permasalahan ini. Sesampai di ruang BK, Anan tak lagi bisa menemukan sosok mereka berdua, seakan runtuh sudah harapan Anan untuk menemukan Uli dan Vita. Semakin besar tanda tanya yang melekat dipiran Anan. Dimanakah Uli dan Vita? Jam tangan hitam yang mengikat pergelangan tangan kiri Anan menunjukkan angka 1 pertanda bahwa Anan telah keluar  kelas selama 15 menit. Takut Bu Apti curiga Anan pun berlari melewati ruang kelas XI aksel sampai melemparkan pandangannnya pada seorang gadis yang duduk di teras ruang kelas itu. Ya dia adalah gadis yang mampu mengalihkan perhatian Anan sejak mereka berkenalan dua tahun lalu. Tak enggan berlama-lama Anan pun menaiki anak tangga secepat mungkin berharap agar Bu Apti tak curiga dengan kepergiannya tadi.

**

Di sudut  yang berbeda Uli dengan lemas menaiki tangga dengan perasaan kesal dan batinnya menolak untuk kembali lagi ke kelas. Namun Bu Apti yang membuat Uli memiliki secercah semangat untuk kembali ke kelas.

“Permisi Bu!” dengan raut muka menutupi rasa kesalnya, Uli menyapa Bu Apti.

“Uli? Dari mana kamu?” ucap Bu Apti.

“Maaf Bu, saya baru saja ada urusan yang mengharuskan saya keluar kelas.” jawab Uli sambil menjabat tangan Bu Apti dan kemudian berjalan menuju tempat duduknya tanpa memandang satu orang anak pun yang sedari tadi menatap Uli dengan muka penuh tanya.

**

“Hai Bu! Terlalu lama ya!” ucap Anan sambil tersenyum seraya menyembunyikan pertanyaan yang sejak tadi menjadi pikirannya.

“Dari mana saja kamu? Kok lama banget?” tanya Bu Apti seakan ingin tahu apa yang terjadi sejak tadi. 

“Uli!” tanpa sadar Anan melontarkan sebuah kata yang terlontar begitu saja dari bibirnya setelah dia melihat Uli yang duduk diantara anak-anak kelas.

“Ada apa ini? Apa yang terjadi? Mengapa Anan begitu kaget melihat Uli ada disini?” tanya Bu Apti tanpa berpikir panjang lagi karena Bu Apti sudah terlalu cemas dengan keadaan kelas hari itu. Memang Bu Apti telah curiga sejak keberadaannya di kelas yang sangat berbeda dengan suasana biasanya. Tak terlihat antusias anak-anak untuk mengikuti pelajarannya saat itu. Bahkan Koko dan Pay yang terkenal ramai seakan kehilangan semangat. Pertanyaan Bu Apti tidak disambut dengan baik oleh anak-anak bahkan hanya ada satu anak yang berani menjawab pertanyaan Bu Apti.

Siapakah yang berani menjawab pertanyaan Bu Apti? Dan dimanakah Vita? Apakah permasalahan ini akan berakhir? Dan bagaimana nasib kelas Gamelan selanjutnya?

**
To be continued....

0 komentar:

Post a Comment